Rabu, 24 Februari 2016

Tirani Matahari Terbit


A. Penguasaan kepulauan di Indonesia
   Penguasaan Kepulauan di Indonesia Oleh Jepang

  • Awal peristiwa: Dimulai sejak pengeboman Pearl Harbour oleh AU Jepang (8 Des 1941), serangan terus dilancarkan ke Pasifik dan juga diarahkan ke Indonesia.
  • Tujuan penguasaan Jepang terhadap Indonesia:untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak tanah, timah, dan aluminium.
  • Pendudukan Jepang di Indonesia : Pada Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui Ambon dan seluruh Maluku. Jepang berhasil mengusai Tarakan di Kalimantan Timur dan Balikpapan (12 Januari 1942), kemudian menyerang Sumatera dan Jawa (Februari 1942).

Untuk menghadapi gerak invasi tentara Jepang, Belanda membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang dan panglimanya bernama Jenderal Sir Archhibald.



Pada tanggal 1 Maret 1942, Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa. Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda menyerah kepada Jepang, perjanjian penyerahan kekuasaan Indonesia kpd Jepang ditandai dgn Perjanjian Kalijati(8 Maret 1942).

  • Pihak Belanda : Letjen H. Ter Poorten

  • Pihak Jepang : Letjen Hitoshi Imamura

Perjanjian Kalijati menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dan digantikan oleh kekuasaan Kemaharajaan Jepang.

B. Selamat Datang "Saudara Tua" 
  • Melalui propagandanya Jepang menganggap dirinya adalah saudara tua bangsa Asia, yang perlu membebaskan saudara mudanya (bangsa Asia yang lain yang dijajah) untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
  • Kedatangan pasukan Jepang di Indonesia, pada umumnya disambut oleh masyarakat Indonesia sebagai pahlawan pembebas penjajahan bangsa barat di Indonesia.
  • Sebagai balasannya, pada awal kekuasaannya, pemerintah Jepang banyak memberikan keleluasaan kepada kaum pribumi, seperti mengibarkan bendera merah putih, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan mengambil alih tanah-tanah perkebunan milik pengusaha Belanda. Sedangkan untuk memusnahkan pengaruh Barat, Jepang melarang pemakaian bahasa Belanda dan bahasa Inggris, serta berupaya memajukan pengajaran bahasa Jepang. Selain itu, kalender Jepang juga diberlakukan menggantikan kalender Masehi.

 
C. Pembentukan Pemerintahan Militer di Indonesia
Pemerintahan militer Jepang di Indonesia terbagi atas tiga wilayah kekuasaan berikut :

1. Tentara XVI (Rikugun/AD) memerintah atas wilayah Jawa dan Madura yang berpusat di Jakarta.

2. Tentara XXV (Rikugun /AD) memerintah atas wilayah Sumatra yang berpusat di Bukittinggi.

3. Armada Selatan II (kaigun/AL) memerintah atas wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua berpusat di Makassar.

Pemerintahan pada wilayah masing-masing tersebut dipimpin oleh kepala staf tentara/armada dengan gelar Gunseikan (kepala pemerintahan militer) dan staf pemerintahan militer disebut Gunseikanbu.
Struktur pemerimtahan Sipil Jepang

Pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua koci, Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas lima wilayah pemerintahan.

  1. Syu (karesidenan), dipimpin oleh seorang syuco.
  2. Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico.
  3. Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco.
  4. Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco.
  5. Ku (kelurahan atau desa), dipimpin oleh seorang kuco. 





 
Organisasi Bentukan Jepang

1. Gerakan 3 A

Gerakan 3 A yang mempunyai semboyan Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia .

Organisasi tersebut dicanangkan pada bulan April 1942. Gerakan 3 A ini dipimpin oleh Hihoshi Shimizu (propaganda Jepang) dan Mr. Samsudin (Indonesia).

2. Poesat Tenaga Rakyat (Poetera)

Pada bulan 1 Maret 1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Pasifik.

3. Himpunan Kebaktian Jawa (JawaHokokai)

Pada tanggal 1 Januari 1944 Putera diganti dengan organisasi Jawa Hokokai. Tujuannya adalah untuk menghimpun kekuatan rakyat untuk menggalang kebaktiannya. Di dalam tradisi Jepang, kebaktian ini memiliki tiga dasar, yakni pengorbanan diri, mempertebalpersaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bakti. Tiga hal inilah yang dituntut dari rakyat Indonesia oleh pemerintah Jepang, yang kemudian organisasi Jawa Hokokai digunakan Jepang untuk menghimpun tenaga kerja paksa Romusha.
4. Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In)

Cuo Sangi In dibentuk dengan tujuan sama dgn Poetera. Badan ini dibentuk di Sumatera pada tgl 1 Agustus 1943 yang beranggotakan 43 orang (semuanya orang Indonesia) dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya. Organisasi semimiliter yang dibentuk pada rapat Chuo Sangi In bernama Barisan Pelopor. 

5. Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI)

MIAI adalah organisasi resmi umat Islam yang anti Barat. Kegiatannya terbatas pada pembentukan baitul mal (badan amal) dan menyelenggarakan peringatan hari-hari besar keagamaan. MIAI diganti namanya menjadi Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang disahkan oleh gunseikan pada tanggal 22 Nopember 1943 dengan K.H. Hasyim Asy'ari sebagai ketuanya.

Perjuangan Bersenjata

Latar Belakang

  Para pemimpin pergerakan nasional semakin tidak tahan menyaksikan penderitaan dan kesengsaraan rakyat yang memilukan. Oleh karena itu, sebagian dari mereka mulai bangkit menentang Jepang dengan cara perlawanan senjata.

Macam-macam Perlawanan Bersenjata :

1.Di Aceh, perlawanan meletus di daerah Cot Plieng pada bulan November 1942 di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil.

2.Di Blitar, perlawanan meletus pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan Supriyadi, seorang Komandan Pasukan Peta di Blitar. Perlawanan ini merupakan perlawanan terbesar pada masa pendudukan Jepang.

3.Di Jawa Barat, perlawanan meletus pada bulan Februari 1944 yakni didaerah Sukamanah di bawah pimpinan K.H. Zainal Mustafa. Ia menolak ajaran seikeirei,   hal ini dinilai bertentangan dengan ajaran Islam sehingga ia menghimpun rakyat untuk melawan Jepang.

4.Di Aceh, perlawanan muncul lagi pd bulan Nov 1944 yg dilakukan oleh prajurit Giyugun di pimpinan Teuku Hamid. Ia bersama anak buahnya melarikan diri ke hutan kemudian melakukan perlawanan. Untk menumpas pemberontakan Jepang melakukan siasat yg licik, yakni menyandera seluruh anggota keluarganya, akhirnya Teuku Hamid menyerah.

Organisasi Militer dan Semimiliter  bentukan Jepang

Organisasi Semimiliter :

1)Seinendan (Barisan Pemuda)

2)Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)

3)Fujinkai (Barisan Wanita)

4)Jibakutai (Barisan Berani Mati)

Organisasi Militer :

1)Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)

2)Peta ( Pembela Tanah Air)